Senin, 24 Agustus 2009

Sajak: Makan Malam


(lahap, Di...)

Oleh Ayah

Denting piring ditatah sendok
mungkin terasa giris jika mata
yang kaulabuhkan pada nampan nasi dan lauk
tak menyiratkan geriap ingin yang menggelora
lapar adalah irama yang membuat orkestra santapmu
mengalun lembut gerus kalbu
lihat sosok tua tertegun di sisimu
wajahnya sarat cinta
ia adalah saksi hidup sebuah pembebasan tanpa syarat
kau adalah bagian termanis dalam sejarah geliat api
mencandai asap kala bibir tuanya meniupniup bara
demi binar matamu

kau adalah rahasia paling abadi
dalam tiap detik sukmanya
berdenyut
kau adalah kesuma ilalang dipetik dari pematang licin
lalu ditegakkan dalam gelas penuh air
agar ritual makan malammu bak savana dipenuhi hawa teduh
kau, nak
hanya kau yang bisa menyadarkan malam
bahwasanya liur yang setia menitik itu semestinya abadi
dalam kesetiaan pada hidup

Tidak ada komentar: