Senin, 24 Agustus 2009

Sajak: Himne Kebersamaan


Oleh Ayah

( :sang pelita dalam kegelapan )

Tak akan lekang dalam ingatanku
buku-buku yang kaugenggam dengan cinta
adalah saksi mati kecintaanmu pada hidup
pagi hari, sementara embun masih malu-malu
telah kau lapangkan jalanmu
menyongsong matahari meniti waktu
sedang aku di pembaringan
masih berkelana dalam rimba keengganan

Kurasakan kini
bahkan sebelum kaki ini melangkah pergi
pedih kehilangan telah mencabik ulu hati
ribuan jam yang kaulintasi dengan cinta
mengguratkan kesadaran dalam batinku
panjang sekali langkah yang telah kauayun
demi aku


Serasa baru kemarin
kisah-kisah manis terangkai
dalam kesejukan udara pagi
serasa baru kemarin
tangis-tangis kecil yang tercipta
mengisyaratkan
bahwa cinta itu memang ada

Hari ini
ketika waktu bergerak menjauh
terasa ada yang tertinggal
dan tak akan tergantikan

Rindu esok hari mungkin bisa kutitip
sentuhan jemari dan tulus petuahmu
bisa pula kurasa dan kudengar

Tapi sesal ini
dengan apa bisa kuretas?
ribuan jam kemarin
tak semua kutiti dengan cinta
agar kebersamaan kita berharga

Tak akan bisa kulupakan
ketulusan yang kautawarkan
kerap kuabaikan tanpa perasaan
bahkan kecewa yang terlukis di wajahmu
tak berarti apa-apa bagiku

Maafkan aku

Di rumah mungkin aku remuk tak berbentuk
tapi mestinya tak di sini
di depan keikhlasan yang kaupancangkan dengan peluh
mestinya kupahami engkau setulus-tulusnya
dari lubuk terdalam hatiku

Hari ini fajar telah membuka mataku
aku datang
ingin meraih tanganmu dan mencium sepuasnya
jika itu mampu menghapus segala dosa masa lalu

Di sini
di gerbang ini
aku ingin melihat senyum tulusmu
melepasku penuh kasih
aku ingin mendengar doamu
agar harapan menjadi insan berharga
menemukan cahaya paling terang

Percayalah,
aku bangga pernah mengenalmu
aku bangga
kau pernah menjadi bagian penting
hari-hariku…

Hari ini, esok, dan selamanya
aku sayang padamu

Kalipare, 2 Juli 2007

Tidak ada komentar: