Jumat, 29 Januari 2010

Pencabut Rumput




Belum lama kering tungkainya menjejak
rekah menganga
bumi
kemarau

Menjerit lepas
serabut akar terimpit cadas

Tertegun
ia
matanya berkaca
sepuluh jari menggapai
takjub
kelopak dedaun nyaris merapuh dalam genggaman

"jika bisa engkau kembali hijau,"
gemetar bibirnya menyeru,
"mau aku menangis
sampai meleleh dahagamu
agar bisa kutata bait-bait tarian lembutmu
menebarkan wangi savana."


mengembang lalu senyum putihnya
kalau masih
ada yang kauminta
ini
aku hanya punya jiwa
maka ikhlaskanlah aku
mencabutmu untuk kutanam
di sini
taman kecil di mana mataair terus digali


2 komentar:

nuansa pena mengatakan...

Puisi indah dan nyata terjadi!

Kabasaran Soultan mengatakan...

wow ...
Puisinya dahsyat...
Mantap.