Senin, 25 Januari 2010

Elegi Mimpi

( Catatan buat AZ. Kau hebat, Jack! )


Sahabatku...

Aku tahu, mimpi-mimpi yang pernah kauhitung di hadapanku, kini tercabik mengenaskan. Dan kau tenggelam dalam tanya besar, dengan apa harus menisiknya, agar lubang-lubang yang menganga itu terekatkan meski tak akan bisa sesempurna sebelumnya.

Aku juga tahu, kepedihan itu kini milikmu, dan tak akan pernah bisa kaubagi, bahkan kepadaku. Kalau hanya kata-kata, aku pasti telah lama menyatakannya bahwa aku juga merasakan kepedihan itu. Hanya merasa, tanpa bisa ikut memilikinya sebab garis hidup kita berbeda, dan Tuhan mempercayakannya kepadamu.

Kalimat-kalimat puisimu, sahabatku. Benar-benar menyuratkan semuanya...

Mencoba tuk bertahan
meski menyakitkan
mencoba tersenyum
meski dada terasa sesak
mencoba tuk berlari
meski kaki tertancap duri

Itulah yang dialami sang durhaka
ia tetap bersikeras memainkan bass
meski tangan tak lagi bertenaga

Ah, siapalah aku
hanya manusia yang tak mau kalah
meski kaki terpasung
siapalah aku
hanya manusia yang ingin punya legenda
buat buah hatinya kelak
meski itu masih tersirat dalam angan
aku yakin ia pasti bangga
jika ayahnya di masa lalu
adalah orang yang hebat


Kau luar biasa, sahabatku...
Dengan mimpi yang nyaris lumat itu, kau masih sanggup melangkah, walau tak kau tahu akan sampai pada langkah keberapa kau sanggup bertahan. Tentu saja aku berharap mimpi-mimpi itu bisa kautisik dengan baik agar kau tak perlu lagi ragu bahwa kesempatan untuk mempersembahkannya bagi buah hatimu bisa terwujud kelak.

Maafkan jika pada setiap kata yang terangkai dalam percakapan kita selalu ada kepingan luka yang kadang mencair tak terbendung. Kau masih sangat muda. Itu yang membuatku seolah tak rela. Jika mungkin, pasti aku akan memilih bertukar mimpi denganmu, sebab di usia merambat senja aku masih tak meraih sesuatu yang berarti. Kenyataan hidupmu benar-benar menamparku dan menyisakan merah rasa malu. Dengan mimpi-mimpimu yang lebur dalam usiaku kau pasti bisa mengukir sejarah kebanggaan yang bisa jadi melegenda, persembahan terindah untuk buah hatimu.

Memang tak guna tenggelam dalam andai-andai tak berbatas. Kita memang harus menyudahinya, dan segera kembali pada kenyataan.

Aku pasti setuju dengan ketetapan hatimu untuk tak mengingat kepedihan itu. Kita tak pernah mampu membilang waktu. Jadi, jalani saja, mengalir saja. Janjimu untuk bertemu dan menciptakan karya bersama masih akan kutagih. Jangan surut ya!

Di mana pun kau saat ini. Apakah tengah berbaring menahan pedih. Ataukah tengah berjuang mengalahkan rasa nyeri di lain tempat. Aku percaya bahwa kau masih akan penuh tawa. Masih mampu menakar kemampuan menghitung tenaga, sehingga meski kepedihan kadang menyulutkan putus asa, kau pasti tak akan pernah membabi buta.

Mimpi-mimpimu, sahabatku...
Aku yakin akan terwujud dan memberi arti dalam kisah hidup yang nyaris tak kupercaya bisa serupa film-film pemerah airmata. Namun, pasti, bukan airmata yang akan kita perah saat ini, melainkan kebanggaan bisa mengatasi semua kendala dalam tawa...

Tidak ada komentar: