Sarapan hangat dengan lodeh lompong kesukaanku begitu nikmat di lidah. Lompong, demikian kami menyebut pelepah talas. Tak habis pujian akan kehalusan tangan Emak mengubah pelepah talas yang sebenarnya gatal itu menjadi lezat dan tak menyiksa.
Pelepah talas berwarna hijau tua dipetik Emak dari kebun belakang rumah, dipilih yang tidak terlalu tua, dipotong beberapa senti di atas pangkal umbi yang terbenam dalam tanah, dibuang daunnya untuk selanjutnya batang-batang berbentuk bulat panjang itu ditiriskan semalam agar getahnya hilang.
Keesokan harinya, Emak memasaknya, dengan memotong kecil-kecil pelepah talas yang telah tiris semalam, dicuci lalu digongso di penggorengan hingga lunak. Setelah itu, lompong ditiriskan agar airnya yang berasa gatal lenyap. Dicuci sekali lagi, maka siaplah pelepah talas itu dimasak lodeh pedas dengan campuran remah-remah ikan asin yang telah digoreng sebelumnya.
Sungguh menu yang kuakrabi sejak kecil itu jauh dari membosankan. Apalagi bila ditemani nasi tiwul terbuat dari tepung gaplek. Enyahlah daging ayam atau sate kambing.
2 komentar:
OK sekali lompongnya, apa nama latin lompong ya pak dhe
ketika dimasak, rasanya beda tidak antara yang sering dipetik batangnya dengan yang jarang dipetik?
Posting Komentar