
Perahuku masih tenang berselancar
membekal cukup kesadaran
seratus dua ombak
setia mengepung untuk sekali terkam
yang berbuah kandas
di ujung palung
Perahuku masih asyik berdansadansi
seiring surealistik gumam kecipak air
yang menyimpan gahar untuk seletus pekik
pemecah gendang
demi tuli akan merdu orasi lautan
Perahuku masih akrab
berbincang pada hati kecil
sementara gusar camar atas derum mesin
tetap kukuh menjaga ikan
dari ngilu tikam paruh berkilat
Perahuku terus merayap
lentur melantai tak putus kata
sampai nanti
bilah horison menjelma lambailambai
dan deret bibir kering
nan rindu mengecup tiang layar
penuh tulus

Tidak ada komentar:
Posting Komentar