Oleh Ayah
Maaf
dalam satu detik aku memberangusmu
dengan kuhentak paksa remote
Tidak, aku tak membencimu
aku hanya tak hendak menatap
wajah-wajah nan asing berlipstik kata-kata gurih
berujar tentang mimpi-mimpi pongah
dari storyboard yang sedemikian rupa ditata
tanpa rasa, apalagi cinta
Maaf
kujual kau kini
karena ruangmu yang tergadai
tak mungkin tertebus
hanya dengan teriakan terbungkam
surat-surat pembaca di koran
atau demo-demo berurat gemas
bak reality show
Kau kini televisi
telah menjelma sembako
dan baju-baju sederhana
bagi reremah wajah pias nan butuh cinta
dengan cinta
Maaf
dalam satu detik aku memberangusmu
dengan kuhentak paksa remote
Tidak, aku tak membencimu
aku hanya tak hendak menatap
wajah-wajah nan asing berlipstik kata-kata gurih
berujar tentang mimpi-mimpi pongah
dari storyboard yang sedemikian rupa ditata
tanpa rasa, apalagi cinta
Maaf
kujual kau kini
karena ruangmu yang tergadai
tak mungkin tertebus
hanya dengan teriakan terbungkam
surat-surat pembaca di koran
atau demo-demo berurat gemas
bak reality show
Kau kini televisi
telah menjelma sembako
dan baju-baju sederhana
bagi reremah wajah pias nan butuh cinta
dengan cinta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar